Adat dan BudayaKabupaten Kuantan Singingi

Sekda Fahdiansyah Pompa Semangat Ghayo Onom di Kampung Halaman

×

Sekda Fahdiansyah Pompa Semangat Ghayo Onom di Kampung Halaman

Sebarkan artikel ini
Foto : Pj Sekda Kuansing H Fahdiansyah Didampingi Kadis PTSP Jhon Pitte Alsi, Kadis Budpar Azhar Ali, Camat Kuantan Hilir Edison Tuindra di Prosesi Ghayo Onom Kenegerian Koto Tuo Baserah, Senin (07/04/2025). (Dok. Istimewa / DETAKKita.com).

BASERAH | DETAKKita.com Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kuantan Singingi H Fahdiansyah melepas perdana perhelatan tahunan tradisi Ghayo Onom Kenegerian Koto Tuo Baserah Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau pada Senin (07/04/2025) pagi.

Dimana perhelatan kebudayaan tradisi Ghayo Onom di Kenegerian Koto Tuo Baserah ini, konon jauh sebelum adanya kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 1945 yang lalu.

Foto : Pj Sekda Kuansing H Fahdiansyah Salami Pemuka Adat di Kenegerian Koto Tuo Baserah. (Dok. Istimewa / DETAKKita.com).

Ghayo Onom, bagi masyarakat di Kenegerian Koto Tuo Baserah pada masa lalu hingga sekarang ini, dijadikan sebagai ajang kebudayaan tradisional yang menandakan persatuan dan kekompakan cucu kemenakan dibawah naungan empat Datuk Penghulu dari empat Suku yang ada di Kenegerian Koto Tuo Baserah, yakni Suku Tigo Kampuong, Suku Melayu, Suku Cemin, serta Suku Limo Kampuong.

Kehadiran H Fahdiansyah kali ini, merupakan sebagai Pj Sekda Kuansing mewakili Bupati H Suhardiman Amby. Namun demikian, Fahdiansyah yang akrab disapa Dokter Ukup itu, juga merupakan cucu kemenakan asli Kenegerian Koto Tuo Baserah.

Foto : Pj Sekda Kuansing H Fahdiansyah Melepas Pawai Kebudayaan Tradisi Ghayo Onom Kenegerian Koto Tuo Baserah. (Dok. Istimewa / DETAKKita.com).

Hadirnya H Fahdiansyah ditengah perayaan Ghayo Onom Kenegerian Koto Tuo Baserah menambah semarak dan semangat cucu kemenakan serta masyarakat adat setempat, dimana Kenegerian Koto Tuo Baserah ini tidak hanya menaungi satu kecamatan, melainkan meliputi sebanyak 21 desa dan 2 kelurahan di dua kecamatan, yakni 14 desa dan 2 kelurahan di wilayah administrasi Pemerintahan Kecamatan (Pemcam) Kuantan Hilir, serta 7 desa di wilayah Pemerintahan Kecamatan Kuantan Hilir Seberang (KHS).

Adapun sebanyak 21 desa dan 2 kelurahan tersebut, yaitu Desa Pulau Kijang, Simpang Pulau Beralo, Banuaran, Kampung Madura, Koto Tuo, Simpang Tanah Lapang, Rawang Bonto, Dusun Tuo, Gunung Melintang, Teratak Baru, Kampung Medan, Pulau Madinah, Kampung Tengah, Kepala Pulau, serta Kelurahan Pasar Baru Baserah, dan Pasar Usang Baserah di wilayah Kecamatan Kuantan Hilir (KH).

Foto : Pawai Kebudayaan Tradisi Ghayo Onom di Kenegerian Koto Tuo Baserah. (Dok. Istimewa / DETAKKita.com).

Sementara itu Desa Pelukahan, Pulau Baru, Tanjung, Pulau Kulur, Pulau Beralo, Sungai Sorik, dan Rawang Ogung berada di wilayah Kecamatan Kuantan Hilir Seberang (KHS).

Dalam perayaan Ghayo Onom ini, juga dikemas dengan prosesi arak-arakan cucu kemenakan dan masyarakat adat Kenegerian Koto Tuo Baserah dengan membawa Sasampek atau Jambar dari masing-masing suku dan desa, yang biasanya di mulai dari kawasan Tugu Pemuda Baserah atau depan Polsek Kuantan Hilir menuju masing-masing Rumah Godang Suku atau Adat.

Foto : Pawai Kebudayaan Tradisi Ghayo Onom di Kenegerian Koto Tuo Baserah. (Dok. Istimewa / DETAKKita.com).

Sebelumnya, juga akan secara serentak berziarah ke makam keluarga masing-masing sesuai suku dimana pemakaman ini merupakan Pemakaman Adat Kenegerian Koto Tuo Baserah. Setelah itu, Sasampek atau Jambar yang dibawa masing-masing suku akan diperebutkan oleh cucu kemenakan dan masyarakat yang hadir.

Sebelum prosesi itu berlangsung, setiap cucu kemenakan dan masyarakat adat akan memasuki atau menaiki masing-masing Rumah Godang Suku atau Adat sesuai suku masing-masing. Disitulah, para cucu kemenakan akan diberikan arahan oleh para Penghulu Suku masing-masing.

Foto : Pj Sekda Kuansing H Fahdiansyah Salami Warga di Rumah Godang Suku di Kenegerian Koto Tuo Baserah. (Dok. Istimewa / DETAKKita.com).

Terakhir, kegiatan ini akan ditutup dengan Silat Pendekar Batuah di Laman Penghulu Nan Barompek Kenegerian Koto Tuo Baserah, sekaligus hal itu menandakan dimulainya ritual penyelenggaraan Silat di masing-masing laman silat yang ada, dan dilaksanakan secara bergantian setiap pekan atau minggunya.

“Inilah tradisi asli masyarakat cucu kemenakan Ughang Basogha (Orang Baserah) yang dilaksanakan sejak zaman nenek moyang dahulu hingga sekarang, tradisi ini sangat melekat dan harus terus di lestarikan bahkan perlu di dukung khusus nantinya,” ujarnya.

Foto : Pj Sekda Kuansing H Fahdiansyah Memberikan Arahan Dalam Prosesi Ghayo Onom Kenegerian Koto Tuo Baserah. (Dok. Istimewa / DETAKKita.com).

Dimana kegiatan tradisi adat istiadat Ghayo Onom Kenegerian Koto Tuo Baserah ini baru mendapatkan perhatian dari Pemerintah Daerah (Pemda) Kuantan Singingi semenjak dipimpin oleh Bupati Kuantan Singingi H Suhardiman Amby. Padahal, untuk penyelenggaraannya sangat membutuhkan anggaran yang cukup besar dan bertujuan serta memiliki peranan penting dalam menyatukan cucu kemenakan yang ada di 23 desa dan kelurahan di 2 kecamatan.

“Kedepan, kita terus berupaya dalam mengembangkan dan mendorong pelestarian kebudayaan tradisional yang ada di daerah Kabupaten Kuantan Singingi sebagai wujud komitmen Pemerintah Daerah (Pemda) terhadap kebudayaan yang menjadi salah satu aset pariwisata, sehingga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat nantinya,” tutupnya.

Foto : Pj Sekda Kuansing H Fahdiansyah Sapa Warga Cucu Kemenakan Kenegerian Koto Tuo Baserah. (Dok. Istimewa / DETAKKita.com).

Dalam kegiatan ini, Pj Sekda Kuansing H Fahdiansyah tampak didampingi Ketua DWP Kuansing Ny Hj Ira Indraini, para Staf Ahli Bupati, Asisten, Kepala Bagian (Kabag) Sekretariat Daerah (Setda), serta seluruh Kepala OPD di Lingkungan Pemkab Kuansing, Staf Khusus (Stafsus) Bupati dan undangan lainnya.

Sementara itu, tampak juga Camat Kuantan Hilir Edison Tuindra, serta para Forkopimcam Kuantan Hilir, Kepala Desa (Kades), BPD, dan para tokoh yang ada se Kuantan Hilir dan Kuantan Hilir Seberang. Namun, kehadiran mereka sebagai cucu kemenakan dan juga sesuai dengan porsi jabatan adat lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *