TELUK KUANTAN | DETAKKita.com — Detik-detik jelang perhelatan akbar atau pesta rakyat yang biasa disebut dengan Pemilihan Umum (Pemilu) Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres), dan Calon Legislatif (Caleg) Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi, serta DPRD Kabupaten/Kota. Banyak dari masyarakat Indonesia yang menunggu bantuan diantarkan para calon melalui tim pemenangan, sebagai pengganti waktu untuk melakukan pencoblosan ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) di masing-masing lingkungan tempat tinggalnya.
Dimana hal itu sudah menjadi tabuh, bantuan yang diantarkan tim pemenangan itu seringkali disebut sebagai serangan fajar, yang sengaja dilancarkan guna agar calon tertentu dipilih atau dicoblos saat hari pemungutan suara tersebut. Sebagaimana kali ini akan dilangsungkan pada Rabu, 14 Februari 2024.
Akan tetapi hari ini, masyarakat diyakini sudah pintar dalam hal berpolitik dan menggunakan hak suaranya untuk disalurkan pada TPS-TPS yang sudah disediakan sebagai tempat menyalurkan dukungan kepada wakil rakyat atau pemimpin negara yang tercinta.
Rode, seorang pemuda kelahiran Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau tepatnya di Desa Jalur Patah Kenegerian Teratak Air Hitam Kecamatan Sentajo Raya, 29 Oktober 1994 itu mengatakan, masyarakat bisa berubah jika pola fikirnya ikut berubah terhadap pandangan politik tanpa harus uang atau memilih tanpa memandang uang (Money Politic), Sabtu (10/02/2024).
“Jika amplop dari Caleg dan Capres tidak bisa kita tolak, lalu bagaimana nanti dengan Dajjal yang menjanjikan Surga?,” ucap Rode singkat, terkait pandangan politik tanpa harus dibayar.
Dimana hal itu diharapkan masyarakat lebih pintar dalam memberikan dukungan dan pilihannya untuk memberikan hak suaranya di TPS, pada 14 Februari 2024 mendatang.*