PUCUK RANTAU | DETAKKita.com — Suasana malam di Lapangan Bola Kaki, Desa Pangkalan, Kecamatan Pucuk Rantau, Senin (13/10/2025), tampak biasa saja. Namun di balik canda dan senyum Bupati Kuantan Singingi (Kuansing), H. Suhardiman Amby, terselip kalimat yang membuat dada banyak aparatur sipil negara (ASN) tiba-tiba terasa sesak.
Dengan nada santai namun berisi makna dalam, Bupati yang dikenal sebagai Datuak Panglimo Dalam itu melontarkan kalimat pendek yang seketika menggetarkan lingkaran birokrasi Kuansing.
“Terlihat agak tegang ya, santai saja, sebentar lagi kok (pelantikan pejabat eselon 3 dan 4),” ujarnya sambil tersenyum tipis.
Ucapan sederhana itu sontak berubah jadi sinyal politik dan birokrasi yang membelah suasana malam. Di antara kerumunan masyarakat, banyak kepala dinas dan pejabat tampak saling pandang—mencoba menebak-nebak, siapa yang akan naik, siapa yang akan tergeser, dan siapa yang mungkin ‘turun pangkat’?
Sejak pelantikan pejabat eselon II beberapa waktu lalu, suasana di lingkungan Pemkab Kuansing memang bak tenang di permukaan namun bergolak di dalam. Banyak pejabat memilih berhati-hati, menahan napas sambil menunggu “angin mutasi” berembus dari Teluk Kuantan.
Kalimat Suhardiman malam itu seolah menjadi pertanda: waktu pelantikan pejabat eselon III dan IV tinggal menghitung hari. Dan bagi sebagian ASN, kabar itu lebih menegangkan dari hasil tes CPNS.
Bupati yang dikenal tegas itu pun sebelumnya sudah mengingatkan bahwa jabatan adalah amanah, bukan hak. Pelantikan, katanya, bukan sekadar seremoni, tetapi penyegaran agar roda pemerintahan bergerak lebih cepat dan efisien.
“Jabatan itu bukan untuk dipertahankan mati-matian. ASN harus siap ditempatkan di mana pun demi kemajuan Kuansing,” pesan Suhardiman di beberapa kesempatan.
Kini, di kalangan birokrasi Kuansing, satu pertanyaan menggema dari ruang ke ruang: “Kapan badai itu datang?”
Malam itu, senyum santai Bupati mungkin hanya dianggap lelucon ringan oleh sebagian orang. Tapi bagi para pejabat di Kuansing, senyum itu adalah isyarat yang membuat banyak orang mulai menghitung detik—menunggu kapan namanya dipanggil dalam daftar pelantikan berikutnya.