BASERAH | DETAKKita.com — Kenegerian Koto Tuo Baserah terkenal dengan helatan religi akbar tahunan sebagai tradisi dan kebudayaan “Ghayo Onom” (hari raya ke enam) yang sudah diwarisi sejak peradaban persukuan ada di Rantau Kuantan yang kini menjadi bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau.
Kenegerian Koto Tuo Baserah ini meliputi sebanyak 23 desa dan kelurahan yang berada di dua kecamatan, yakni Kuantan Hilir (KH) dan Kuantan Hilir Seberang (KHS). Sebanyak 16 desa dan kelurahan berada dibawah naungan Kecamatan Kuantan Hilir, sedangkan 7 desa lainnya berada didalam naungan administrasi Kecamatan Kuantan Hilir Seberang.
Meski sudah terpisah didua wilayah administrasi kecamatan, namun Kenegerian Koto Tuo tetaplah masih utuh, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan antara satu sama lainnya.
Dimana hal itu memiliki satu adat dan kebudayaan yang sudah semestinya dipelihara dengan baik dan terus dilestarikan sebagai warisan budaya yang bisa diwariskan untuk generasi berikutnya dimasa akan datang.
Tradisi dan kebudayaan “Ghayo Onom” ini tidak hanya merupakan sekedar peringatan hari raya ke enam, dan juga bukan hanya sebagai wadah tempat berkumpulnya cucu kemenakan Kenegerian Koto Tuo Baserah. Melainkan juga sebagai hari yang menandakan titik awal mula perhelatan kebudayaan tradisional Silat Koto Tuo Baserah, yang biasanya selalu digelar secara berkelanjutan selama sepekan kedepannya di lokasi atau desa yang berbeda-beda.
Dimana tradisi dan kebudayaan “Ghayo Onom” yang dimiliki Kenegerian Koto Tuo Baserah ini, dimulai pada hari pertama atau titik awal pelaksanaannya yang dilaksanakan sejak pagi hingga petang di pusat pemerintahan Kenegerian Koto Tuo Baserah pada zaman dahulu.
Mengawali kegiatan pada pagi harinya, dimulai dengan berziarah ke makam keluarga masing-masing cucu kemenakan sanak dan saudara dimasing-masing suku, dimana Kenegerian Koto Tuo Baserah ini memiliki sebanyak 4 Suku, yakni Suku Tigo Kampuong, Suku Limo Kampuong, Suku Melayu, dan Suku Cemin.
Usai berziarah secara akbar bersama-sama dimasing-masing kuburan tersebut, kemudian pada siang menjelang tengah hari dilanjutkan dengan pawai empat suku dengan membawa “Sasampek atau Jambae” (aneka ragam hiasan yang terbuat dari bilah batang bambu dan dilengkapi dengan makanan khas daerah setempat serta hasil panen masyarakat) sebagai simbol kemakmuran dan kejayaan masyarakat di Kenegerian Koto Tuo Baserah.
Lalu, usai berpawai ta’aruf cucu kemenakan yang membawa dengan cara disandang diatas bahu, iring-iringan pembawa “Sasampek atau Jambae” yang dikomandoi oleh para Penghulu Suku dan Nini Mamak serta petinggi dalam adat di suku masing-masing. Kegiatan ini berlangsung hingga semuanya menaiki dan berkumpul di Rumah Adat / Suku masing-masing cucu kemenakan yang dipimpin langsung oleh Penghulu Suku masing-masing.
Setelah menaiki dan berkumpul, para Penghulu Suku masing-masing memberikan petatah petitih, nasehat dan masukan sebagai pemersatu cucu kemenakan, baik yang berdomisili didalam maupun diluar Kenegerian Koto Tuo Baserah. Dimana dalam pelaksanaan ini juga disampaikan apa yang menjadi larangan adat maupun menjadi bimbingan atau pedoman dalam kehidupan cucu kemenakan Kenegerian Koto Tuo Baserah.
Selain itu, kesempatan ini juga merupakan sebagai salah satu ajang perkenalan antara satu sama lainnya, yang bertujuan untuk mempersatukan dan memperkokoh jalinan silaturrahmi antar sesama cucu kemenakan Kenegerian Koto Tuo Baserah. Dimana cucu kemenakan dilarang keras apabila menikah sesama atau dalam suku yang sama (laki dan perempuan), konon jika dilanggar akan berakibat buruk, misalnya sebagai akibat akan terjadi musibah yang melanda negeri itu tersebut.
Kemudian, ketika jam sudah menunjukkan tengah hari (sekitar pukul 12.00 hingga 12.30 WIB) pada saat berkumpul di Rumah Adat / Suku masing-masing tersebut, juga dilaksanakan makan bersama dan do’a bersama sebagai bentuk perekat tali silaturrahmi dan kekeluargaan yang begitu kental yang diwariskan para pendahulu sebagai warisan adat budaya Kenegerian Koto Tuo Baserah.
Selanjutnya, sekitar pukul 14.00 WIB (jam 2 siang) hingga berakhir petang, akan dilaksanakan pertunjukkan seni bela diri yang merupakan ciri khas asli Kenegerian Koto Tuo Baserah, yakni Silat Koto Tuo Baserah yang dilaksanakan di Laman Silat Pangulu Nan Barompek Kenegerian Koto Tuo Baserah.
Dimana Laman Silat Pangulu Nan Barompek Kenegerian Koto Tuo Baserah itu berada tepat disebelah bagian belakang Masjid Jami’ Koto Tuo Baserah. Masjid ini juga merupakan sebagai salah satu situs religi yang dimiliki Kenegerian Koto Tuo Baserah yang terletak di Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuansing.
Aset kebudayaan yang juga mengandung nilai-nilai tardisi dan religi yang dimiliki Kenegerian Koto Tuo Baserah, seperti halnya Masjid Jami’ Koto Tuo Baserah, Rumah Adat / Suku, serta Pekuburan / Pemakaman Suku yang hingga saat ini masih bisa ditemukan, dimana semua itu terletak di bekas Pusat Pemerintahan Kenegerian Koto Tuo Baserah zaman dahulunya.
Dimana nilai-nilai tradisi dan kebudayaan serta sejarah yang dimiliki Kenegerian Koto Tuo Baserah sangat perlu dilestarikan dan dijaga sehingga tidak memudar, untuk itu perlu adanya perhatian dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kuansing dalam penyelenggaraan “Ghayo Onom”, baik dari segi fasilitas rumah adat / suku, termasuk pembiayaan kegiatan yang cukup besar tersebut. Selama ini, kegiatan diselenggarakan hanya dengan cara swadaya cucu kemenakan Kenegerian Koto Tuo Baserah.
Baserah, 25 April 2023
Datuk Kayo Tongah
Mustafa Ramadhan
