PEKANBARU | DETAKKita.com — Kekhawatiran terhadap pelestarian tradisi Pacu Jalur yang merupakan warisan budaya turun-temurun masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau mulai disuarakan oleh para tokoh adat dan masyarakat setempat. Salah satu putra asli Kuansing, H Jufri SH MH dengan tegas menyampaikan keprihatinannya atas potensi pengaruh perubahan zaman dan kepentingan tertentu yang dikhawatirkan dapat merusak nilai-nilai luhur dari tradisi tersebut.
“Sebagai putra asli Kuantan Singingi, saya sangat berharap jangan sampai perubahan zaman dan berbagai kepentingan merusak tradisi Pacu Jalur yang merupakan kebanggaan masyarakat Kuantan Singingi. Pacu Jalur tidak ada kaitannya dengan perkembangan zaman, karena ini adalah warisan budaya dari nenek moyang yang harus dijaga dan dilestarikan,” ungkap H Jufri yang bernama kecil Ibung itu.
H Jufri SH MH yang juga merupakan Anggota PERADI Riau menegaskan bahwa Pacu Jalur merupakan ikon kebudayaan yang tidak boleh hilang oleh pengaruh apapun. Bahkan, ia menyatakan siap menantang siapa pun yang mencoba-coba mengubah atau mengganggu tradisi tersebut.
“Wajib hukumnya kita pertahankan. Sebagai putra asli Kuantan Singingi, saya tidak rela jika ada pihak yang mencoba merusak tradisi Pacu Jalur. Kami akan berdiri di garis depan untuk menentang segala bentuk upaya tersebut. Kecuali, kalau memang kayu sudah tidak ada lagi alias benar benar habis,” tegas Ketua Apindo Pelalawan 2 Periode itu.
Lebih lanjut, H Jufri yang juga merupakan Wakil Ketua (Waka) Apkasindo Provinsi Riau menyatakan tidak menolak kehadiran sponsor atau pihak pendukung lainnya dalam pelaksanaan Pacu Jalur. Namun, ia mengingatkan agar tidak ada intervensi dalam sistem atau aturan main yang sudah diwariskan sejak zaman ninik mamak terdahulu.
“Silakan saja jika ingin menjadi sponsor. Tapi jangan sampai ikut mengatur apalagi mencoba coba mengubah sistem atau aturan yang telah ada sejak zaman dahulu dengan dalih kemajuan zaman,” tutup mantan Ketua MPC Pemuda Pancasila Pelalawan 2 periode itu.
Tradisi Pacu Jalur merupakan ajang lomba dayung yang sarat nilai budaya dan filosofi adat masyarakat Kuansing. Keberadaannya tidak hanya sebagai hiburan rakyat, tetapi juga menjadi identitas dan kebanggaan daerah yang patut dijaga bersama.