Scroll untuk baca artikel
Kabupaten Kuantan SingingiProvinsi RiauSosok

Menyongsong Pacu Jalur HUT Kuansing ke-26, Ketika Sungai Kuantan Menyimpan Semangat “Basatu Bakayuah”

×

Menyongsong Pacu Jalur HUT Kuansing ke-26, Ketika Sungai Kuantan Menyimpan Semangat “Basatu Bakayuah”

Sebarkan artikel ini
Menyongsong Pacu Jalur HUT Kuansing ke-26, Ketika Sungai Kuantan Menyimpan Semangat “Basatu Bakayuah”

TELUK KUANTAN | DETAKKita.com Langit Teluk Kuantan sore itu tampak berwarna lembayung keemasan. Angin dari arah Sungai Kuantan berembus pelan, menggoyang ranting pohon di Tepian Narosa. Di antara gemericik air dan suara percakapan kecil warga, tampak sosok Bupati Kuantan Singingi, H. Suhardiman Amby, berdiri tegak di tepi sungai. Dengan kemeja jeans biru yang khas, matanya menatap serius ke arah arus air yang akan menjadi saksi kemeriahan Festival Pacu Jalur HUT Kuansing ke-26 tahun 2025.

Lima hari lagi, deru sorak penonton dan kayuhan jalur akan kembali menggema di “Kota Jalur” ini. Namun sebelum riuh itu datang, Suhardiman Amby ingin memastikan satu hal: segala sesuatunya harus siap.

Didampingi Ketua Umum Panitia, Andi Ahenk Cahyadi, dan Kadis PUPR Kuansing, Ade Fahrer Arif, ia berjalan menyusuri tangga tribun yang mulai dibersihkan. Sesekali tangannya menunjuk ke arah tepi sungai, memberi arahan, dan berdiskusi dengan tim lapangan. Tidak ada jarak antara pemimpin dan masyarakat di momen itu—semuanya tampak satu suara untuk menyukseskan hajatan besar ini.

“Kita ingin Pacu Jalur HUT Kuansing tahun ini menjadi momentum kebanggaan masyarakat Kuansing. Ini bukan sekadar lomba, tapi warisan budaya yang menyatukan semangat Basatu Bakayuah menuju Kuantan Singingi Hebat,” ujar Suhardiman dengan tatapan mantap.

Pernyataannya bukan sekadar kalimat seremonial. Ia benar-benar memaknai pacu jalur sebagai identitas budaya Kuansing, bukan hanya ajang olahraga air yang meriah, melainkan juga wujud gotong royong, kesetiaan, dan semangat masyarakat yang tak pernah surut.

Perayaan tahun ini terasa lebih istimewa. Kabupaten yang berdiri sejak 12 Oktober 1999 itu kini genap berusia 26 tahun, dengan mengusung motto “Dirgahayu Kabupaten Kuantan Singingi ke-26 – Basatu Bakayuah Menuju Kuantan Singingi Hebat.”

“Tahun ini kita rayakan dengan semangat kebersamaan. Tidak hanya dalam pacu jalur, tetapi juga dalam menata masa depan Kuansing yang lebih maju, religius, dan bermartabat,” tambah pemimpin tertinggi di negeri Pacu Jalur itu, disambut anggukan dari panitia di sekelilingnya.

Di sisi lain, Andi Ahenk Cahyadi menegaskan bahwa kerja keras panitia sudah hampir mencapai garis akhir. Tribun penonton, jalur lomba, dan fasilitas umum terus disempurnakan.

“Persiapan sudah hampir 90 persen. Kami terus berkoordinasi dengan Pemkab dan pihak keamanan agar kegiatan berjalan sukses dan kondusif,” ujarnya penuh semangat.

Sementara itu, Kadis PUPR Ade Fahrer Arif turut memastikan kesiapan infrastruktur. Dari akses jalan hingga area tepian sungai, semua sedang dirapikan agar penonton dan peserta merasa nyaman.

“Kami fokus pada perbaikan yang mendukung kelancaran kegiatan, baik di sekitar lokasi maupun akses utama. Semua sedang kami maksimalkan sebelum hari H,” jelas Ade.

Kini, Sungai Kuantan kembali bersolek. Warga mulai berdatangan menyaksikan latihan jalur yang berpacu di arus coklat keemasan sore itu. Di tepian, aroma kopi hitam bercampur dengan gelak tawa, menandakan semangat kebersamaan yang selalu hidup di hati masyarakat Kuansing.

Pacu Jalur bukan sekadar tradisi. Ia adalah denyut nadi kebanggaan dan simbol persatuan. Seperti kata Bupati Suhardiman Amby, “Basatu Bakayuah” bukan hanya tentang mendayung jalur, melainkan juga mendayung cita-cita menuju Kuansing yang lebih hebat.

Dan di bawah langit senja Tepian Narosa, semangat itu kembali menyala.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *