Scroll untuk baca artikel
Kabupaten Kuantan SingingiProvinsi RiauSosokSuara Kita

Amarah di Tengah Jalan: Ketegasan Bupati Suhardiman Hadapi Truk ODOL yang Langgar Portal Pembatas

×

Amarah di Tengah Jalan: Ketegasan Bupati Suhardiman Hadapi Truk ODOL yang Langgar Portal Pembatas

Sebarkan artikel ini
Amarah di Tengah Jalan: Ketegasan Bupati Suhardiman Hadapi Truk ODOL yang Langgar Portal Pembatas

TELUK KUANTAN | DETAKKita.com Siang tadi, suasana di Inuman, Kabupaten Kuantan Singingi, tampak tenang seperti biasanya. Namun di balik ketenangan itu, ada bara yang menyala di dada seorang kepala daerah. H. Suhardiman Amby, Bupati Kuansing, terlihat marah besar. Ia baru saja menerima laporan bahwa portal pembatas jalan yang baru dipasang di ruas Teratak Air Hitam–Setajo Raya–Teluk Kuantan kembali ditabrak truk pengangkut sawit. Bukan sekali, tapi dua kali dalam sepekan.

Portal itu sejatinya simbol dari upaya pemerintah daerah menjaga infrastruktur agar tak lagi hancur oleh kendaraan berat Over Dimensi Over Load (ODOL). Namun, dua kali dalam seminggu, simbol itu justru diruntuhkan oleh ego dan keserakahan—oleh sopir-sopir yang memilih jalan pintas daripada aturan.

“Ini sudah keterlaluan! Portal itu kita pasang untuk melindungi aset daerah dan keselamatan warga, tapi malah ditabrak seenaknya. Saya minta Dishub dan Satpol PP segera bertindak tegas!” kata H. Suhardiman Amby, Bupati Kuantan Singingi.

Nada suara Bupati meninggi saat ditemui di Inuman, Ahad (19/10/2025). Di wajahnya tergambar jelas amarah bercampur kecewa. Ia tahu betul bagaimana sulitnya membangun jalan di tengah keterbatasan anggaran daerah, dan bagaimana cepatnya kerusakan terjadi bila kendaraan ODOL dibiarkan melintas sesuka hati.

Dua Kali Dalam Seminggu, Dua Kali Dilanggar

Menurut laporan masyarakat, dua kali insiden serupa terjadi di titik berbeda di jalur yang sama. Truk sawit dengan muatan berlebih memaksa diri melewati portal pembatas setinggi 2,5 meter itu, hingga menyebabkan kerusakan parah pada besi pengaman.

“Sopirnya tahu jalan itu dibatasi. Tapi karena jalur alternatif lebih jauh dan butuh waktu lebih lama, mereka nekat,” ujar seorang warga Setajo Raya yang enggan disebut namanya.

Bagi warga sekitar, portal bukan sekadar penghalang fisik. Ia adalah penjaga harapan—agar jalan mulus yang baru dibangun tak cepat hancur, agar anak-anak bisa bersekolah tanpa takut terperosok di jalan berlubang, dan agar ekonomi desa tak lagi tersendat karena infrastruktur yang rusak saban tahun.

“Tangkap Kendaraan ODOL!”

Mendengar laporan itu, Bupati Suhardiman langsung menginstruksikan langkah tegas. Ia memerintahkan Dinas Perhubungan dan Satpol PP Kuansing untuk menggelar razia besar-besaran di seluruh jalur rawan pelanggaran.

“Tangkap kendaraan ODOL yang masih beroperasi di jalan tersebut! Jangan beri ruang bagi pelanggaran hukum dan perusakan fasilitas umum,” tegasnya.

Suhardiman tak ingin aturan daerah hanya menjadi hiasan di atas kertas. Baginya, setiap perusakan fasilitas publik adalah bentuk pengkhianatan terhadap kerja keras masyarakat yang membayar pajak dan memperjuangkan pembangunan.

“Jangan main-main. Jalan ini dibangun dengan uang rakyat. Kalau terus dibiarkan, setiap tahun kita hanya akan menghabiskan anggaran untuk memperbaiki jalan yang sama,” ujarnya dengan nada tegas.

Suara Warga: “Kami Butuh Ketegasan”

Warga Teratak Air Hitam dan Setajo Raya menyambut baik langkah cepat pemerintah daerah. Mereka berharap, perusakan portal tak hanya ditindak dengan razia sesaat, tapi juga dengan pengawasan berkelanjutan.

“Portal itu buat kami penting. Kalau truk besar terus lewat, jalan cepat rusak. Kami yang jadi korban,” kata Sulastri, warga setempat yang rumahnya hanya beberapa meter dari jalur tersebut.

Peringatan Terakhir dari Seorang Pemimpin

Bupati Suhardiman dikenal sebagai pemimpin yang blak-blakan, terutama jika menyangkut kepentingan publik. Ia tak segan turun langsung ke lapangan untuk memastikan setiap kebijakan dijalankan dengan benar.

Kali ini pun, ia menutup pernyataannya dengan ultimatum keras:

“Tidak ada kompromi untuk pelanggaran seperti ini. Kalau masih ada yang berani merusak, akan saya tindak langsung. Ini peringatan terakhir!”

Kemarahan Bupati mungkin tampak seperti ledakan emosi sesaat, tapi sejatinya itu cerminan dari rasa frustrasi terhadap budaya abai aturan yang masih membudaya. Di balik suara tegasnya, ada pesan kuat: aturan dibuat untuk dipatuhi, bukan dilanggar sesuka hati.

Jalan yang Menjadi Simbol Disiplin

Portal pembatas di Jalan Teratak Air Hitam–Setajo Raya kini menjadi saksi bisu tarik-ulur antara ketegasan pemerintah dan kedisiplinan masyarakat. Ia bukan sekadar besi penahan kendaraan, melainkan batas antara kepatuhan dan pelanggaran, antara tanggung jawab dan keserakahan.

Dan di tengah semua itu, Bupati Suhardiman berdiri di garis depan—menegaskan bahwa pembangunan tak akan berarti tanpa kesadaran bersama untuk menjaganya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *