TELUK KUANTAN | DETAKKita.com — Langit Pangean sore itu mendung. Di tepian sungai, suara riuh anak pacu jalur perlahan reda. Safarudin (28), salah seorang pemacu jalur Pendekar Kayangan Tuah Nagori Desa Pembatang, tiba-tiba terjatuh usai latihan. Nafasnya terengah, tubuhnya melemah. Rekan-rekan pemacu segera bergegas, membawanya ke Puskesmas Pangean. Namun, takdir berkata lain. Ahad (21/9/2025) sore, Safarudin dinyatakan meninggal dunia.
Kabar duka ini cepat menyebar. Bukan hanya di kampung halamannya, tapi juga di seluruh jagat pacu jalur Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing). Tradisi yang seharusnya dirayakan dengan semangat persiapan HUT Kuansing ke-26, justru terselubung air mata.
“Sempat dibawa ke Puskesmas Pangean, meninggal di Puskesmas,” kata Ben Novansebastian (29), Pemuda Pangean yang pertama kali menyampaikan kabar duka melalui grup WhatsApp POROS KUANSING.
Ucapan belasungkawa berdatangan silih berganti. Novri Mahmud, seorang guru asal Kecamatan Benai yang akrab disapa Inop, mengaku terenyuh.
“Semoga almarhum ditempatkan yang paling mulia, di sisi Allah SWT. Aamiin,” ucapnya dengan suara bergetar.
Duka juga datang dari jajaran pemerintahan. Lurah Sungai Jering, Eka Putra, menyebut, kepergian Safarudin adalah kehilangan besar bagi tradisi pacu jalur.
“Kami atas nama pemerintahan maupun pribadi turut berdukacita. Semoga beliau (almarhum) ditempatkan Allah SWT di tempat yang terbaik. Aamiin,” katanya lirih.
Bagi masyarakat Kuansing, pacu jalur bukan sekadar perlombaan. Ia adalah warisan budaya, simbol kebersamaan, dan harga diri. Anak pacu jalur, seperti almarhum Safarudin, adalah pejuang di atas air. Mereka berkorban tenaga, bahkan nyawa, demi menjaga tradisi yang telah mendunia.
Kini, Safarudin pulang dengan cara yang tak pernah dibayangkan: gugur sebagai pejuang budaya. Tepian Narosa mungkin akan tetap bergemuruh pada hari pacu nanti, tetapi gema sorak itu akan dibalut rasa kehilangan yang mendalam.
Hingga berita ini diturunkan, penyebab meninggalnya Safarudin masih menunggu konfirmasi lebih lanjut. Namun, satu hal yang pasti, semangat dan pengorbanannya akan selalu dikenang dalam sejarah pacu jalur Kuansing.
Doa terbaik pun mengiringi kepergian almarhum. Semoga Allah SWT menerima segala amal ibadahnya, memberikan ketabahan bagi keluarga yang ditinggalkan, serta menjadikan pengorbanannya sebagai pengingat bahwa setiap tradisi dan kebudayaan berdiri di atas pengorbanan para pejuangnya.






