CERENTI | DETAKKita.com — Malam itu, Sabtu (20/9/2025), hujan deras mengguyur Kecamatan Cerenti. Namun, derasnya air langit tak menyurutkan langkah masyarakat Desa Kampung Baru Timur untuk menyambut Bupati Kuantan Singingi, H. Suhardiman Amby. Di halaman Kantor Camat Cerenti, ratusan warga menunggu dengan payung seadanya, sebagian lagi rela berbasah-basahan demi menyaksikan momen bersejarah: pelayuran jalur baru Dayang Malini.
Tepat pukul 19.45 WIB, Bupati Suhardiman tiba bersama rombongan. Kehadirannya disambut sorak bahagia masyarakat, seakan guyuran hujan hanyalah bumbu semangat malam itu. Dari titik pertama di halaman kantor camat hingga titik kedua berjarak lima meter, api obor menyala, menjadi simbol harapan baru.
“Semoga momentum penyulutan api perdana dan pelayuran jalur baru Dayang Malini ini semakin menguatkan semangat kita semua. Pacu Jalur adalah budaya kebanggaan Kuansing, bahkan sudah mendunia. Mari kita jaga bersama-sama,” ucap Suhardiman, dengan suara lantang meski hujan terus turun.
Momen pelayuran jalur malam itu tak hanya tentang budaya, tapi juga kepedulian. Bupati bersama pejabat dan wakil rakyat yang hadir berinisiatif menggalang bantuan guna menutupi kekurangan biaya pembuatan jalur baru. Dukungan datang dari berbagai pihak: Ketua DPRD Kuansing, H. Juprizal, Anggota DPRD Riau, H. Zulhendri, hingga politisi Demokrat, Syamsiri Indra. Semua sepakat, tradisi ini harus terus hidup.
“Kami akan bahu-membahu mendukung pelestarian budaya dan memperjuangkan hak-hak rakyat. Pacu Jalur adalah warisan yang tak ternilai,” tegas Zulhendri.
Di antara riuh tawa dan tepuk tangan warga, Camat Cerenti, Erialis, berdiri dengan mata berbinar.
“Atas nama masyarakat Cerenti, kami bangga sekali. Meski hujan deras, masyarakat tetap bertahan karena cinta mereka terhadap budaya ini. Terima kasih kepada Bupati Suhardiman yang selalu peduli. Semoga beliau diberi kesehatan untuk terus membangun Kuansing lebih maju,” ujarnya yang disambut anggukan warga.
Kepala Desa Kampung Baru Timur, Zulheri, tak kalah haru. Jalur Dayang Malini yang baru dilayur bukan sekadar perahu panjang dari kayu pilihan, tetapi simbol persatuan dan kebanggaan desanya.
Malam itu, pelayuran jalur di bawah hujan berubah menjadi cerita tentang kesetiaan, kebersamaan, dan cinta masyarakat pada warisan budaya. Dayang Malini bukan hanya jalur baru, melainkan juga harapan baru: agar Kuansing tetap kokoh berdiri dengan budaya yang menyatukan, meski badai hujan sekalipun menghadang.






