Scroll untuk baca artikel
Kabupaten Kuantan SingingiProvinsi RiauSuara Kita

Skandal Opini Murahan! Reky Fitro Dinilai Merugikan Daerah dengan Pernyataan Kontroversial

×

Skandal Opini Murahan! Reky Fitro Dinilai Merugikan Daerah dengan Pernyataan Kontroversial

Sebarkan artikel ini
Skandal Opini Murahan! Reky Fitro Dinilai Merugikan Daerah dengan Pernyataan Kontroversial

TELUK KUANTAN | DETAKKita.com Pacu Jalur bagi masyarakat Kuantan Singingi (Kuansing) bukan sekadar lomba mendayung. Ia adalah identitas, kebanggaan, dan denyut nadi ekonomi rakyat setiap kali perhelatan itu digelar. Namun, sebuah pernyataan dari Ketua DPC Gerindra Kuansing, Reky Fitro yang juga anggota DPRD, justru mengundang kontroversi karena menuding Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kuansing “foya-foya” dengan dalih pelestarian tradisi.

Pernyataan tersebut sontak menuai reaksi keras dari kalangan pemuda Kuansing. Salah satunya datang dari Fuja Ibrahim [FIM], yang menilai tudingan itu tak hanya menyesatkan, tetapi juga berpotensi merusak citra daerah di mata masyarakat luas.

“Saya sangat menyayangkan pernyataan Ketua DPC Gerindra itu. Pemerintah di bawah kepemimpinan Pak Suhardiman Amby tegas menyampaikan kepada panitia, Pacu Jalur HUT Kuansing tidak boleh menggunakan dana APBD sedikit pun. Justru diarahkan agar dibuat semeriah mungkin untuk menarik wisatawan. Kalau berhasil, nama Kuansing terangkat, dan masyarakat merasakan langsung perputaran ekonominya,” tegas Fuja.

Fuja menambahkan, publik harus tahu bahwa setiap festival Pacu Jalur memberikan dampak riil bagi masyarakat kecil. Dari pedagang makanan, penyewa pondok, hingga sektor jasa, semuanya ikut kecipratan rezeki. Karenanya, menuding acara rakyat ini sebagai ajang “foya-foya” sama saja dengan menutup mata terhadap denyut ekonomi masyarakat sendiri.

“Masyarakat jangan mudah termakan opini yang menyesatkan. Pacu Jalur ini justru menjadi motor ekonomi rakyat. Jadi, sangat keliru kalau ada yang bilang pemerintah berfoya-foya menggunakan dana daerah. Padahal untuk Pacu Jalur HUT Kuansing, tidak ada satu rupiah pun dari APBD provinsi maupun kabupaten yang dipakai,” tegasnya lagi.

Lebih jauh, Fuja menilai, pernyataan sinis dari seorang anggota DPRD Reky Fitro seharusnya bisa lebih bernilai dan bermanfaat. Bukan sekadar menggiring opini murahan yang bisa memicu kecurigaan publik.

“Kita mendukung DPRD bersuara kritis. Apalagi kalau datang dari generasi muda atau Gen Z. Tapi kritik itu harusnya murni untuk perjuangan rakyat, bukan melampiaskan hasrat pribadi atau politik yang tidak tercapai. Kalau kritiknya tidak bernilai, justru merugikan daerah sendiri,” sindir Fuja.

Kini, masyarakat Kuansing dihadapkan pada dua realitas. Di satu sisi, pemerintah berupaya menjaga tradisi sekaligus menghidupkan ekonomi rakyat melalui Pacu Jalur. Di sisi lain, ada suara dari legislatif yang justru memperlemah semangat dengan narasi “foya-foya.”

Bagi rakyat Kuansing, Pacu Jalur bukan sekadar tradisi, tetapi strategi ekonomi rakyat. Dan pernyataan yang melemahkan semangat itu, pada akhirnya hanya membuat publik bertanya: berpihak ke mana sebenarnya Reky Fitro, wakil rakyat kita?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *