Scroll untuk baca artikel
Kabupaten Kuantan SingingiProvinsi RiauSosok

Letkol Inf Emick Chandra Nasution Pamit dari Kuansing: Negeri Ini Sudah Jadi Bagian Hidup Saya

×

Letkol Inf Emick Chandra Nasution Pamit dari Kuansing: Negeri Ini Sudah Jadi Bagian Hidup Saya

Sebarkan artikel ini
Letkol Inf Emick Chandra Nasution Pamit dari Kuansing: Negeri Ini Sudah Jadi Bagian Hidup Saya

TELUK KUANTAN | DETAKKita.com Rabu malam (22/10/2025), Pendopo Rumah Dinas Bupati Kuantan Singingi terasa berbeda. Lampu-lampu bersinar lembut, lantunan musik mengalun pelan, dan tawa kecil sesekali pecah di antara deretan kursi tamu. Di atas panggung, Letkol Inf Emick Chandra Nasution, M.P.M., berdiri berdampingan dengan sang istri, mengenakan batik merah khas Kuansing. Senyumnya ramah, tapi di baliknya tersimpan rasa haru — malam itu ia berpamitan.

Acara bertajuk Pengantar Tugas Dandim 0302/Inhu-Kuansing Letkol Inf Emick Chandra Nasution dan Kajari Kuansing Sahrani, S.H., M.H. tersebut dihadiri hampir seluruh jajaran Forkopimda. Hadir Bupati Kuantan Singingi (Kuansing), H. Suhardiman Amby, Sekretaris Daerah, para pimpinan OPD, Camat se-Kuansing, para Danramil, Ketua LAMR, Ketua MUI, serta berbagai organisasi perempuan seperti TP PKK, GOW, dan DWP. Mereka semua datang bukan sekadar menghadiri acara seremonial, tapi mengantar seorang sahabat sekaligus sosok pemimpin yang meninggalkan jejak hangat di hati masyarakat Kuantan Singingi.

Dalam sambutannya, Letkol Inf Emick Chandra Nasution tak bisa menyembunyikan getar suara saat berbicara di hadapan tamu yang memadati pendopo. Ia mengaku, Kabupaten Kuantan Singingi bukan sekadar tempat bertugas, melainkan rumah kedua yang telah memberi banyak pelajaran berharga dalam hidup dan karier militernya.

“Kuantan Singingi ini sangat spesial bagi saya. Masyarakatnya tulus, bersahabat, dan menjunjung adat serta budaya yang kuat. Saya bukan hanya bertugas di sini, tapi tumbuh bersama mereka. Negeri ini sudah menjadi bagian dari hidup saya,” ucap Letkol Emick dengan nada yang lembut namun sarat makna.

Beliau yang akan melanjutkan tugas sebagai Wakil Asisten Operasi (Waasops) Kodam I Bukit Barisan menegaskan, meski berpindah jabatan, jalinan batin dengan masyarakat Kuantan Singingi tidak akan pernah putus.

“Kalau nanti ada masyarakat Kuansing datang ke Medan atau Sumatera Utara, jangan sungkan untuk mampir. Hubungi saya saja — nomor saya tetap yang sekarang, tidak akan ganti. Anggap saya ini bagian dari keluarga besar masyarakat Kuantan Singingi,” ujarnya disambut tepuk tangan panjang dan senyum hangat dari para tamu.

Baginya, Kuantan Singingi adalah daerah yang kaya makna. Ia menyebut masyarakatnya unik, berkarakter, dan sarat nilai-nilai budaya. Dari tanah inilah ia belajar arti kebersamaan dan semangat gotong royong yang sesungguhnya.

“Kuantan Singingi punya identitas yang kuat. Budaya seperti Pacu Jalur adalah warisan luar biasa. Ini bukan hanya olahraga, tapi simbol kebersamaan dan semangat juang masyarakatnya. Saya harap, siapa pun yang pernah tinggal di sini harus menjadi duta budaya Kuansing di mana pun berada,” tambahnya penuh semangat.

Sementara itu, Bupati Kuantan Singingi (Kuansing), H. Suhardiman Amby, yang juga tampil dengan batik Kuansing bermotif senada, menyampaikan rasa bangga dan terima kasih atas pengabdian Letkol Emick selama memimpin Kodim 0302/Inhu-Kuansing. Menurutnya, kekompakan Forkopimda selama ini menjadi modal kuat bagi daerah dalam menjaga stabilitas dan mempromosikan potensi budaya Kuansing di kancah nasional.

“Kami sangat bangga dengan sinergi yang terjalin selama ini. Forkopimda Kuansing sudah seperti satu keluarga. Dalam setiap momen besar, termasuk Pacu Jalur, kita selalu bersama-sama membawa nama daerah ini ke tingkat nasional, bahkan internasional,” ujar Bupati Suhardiman dengan suara bergetar.

Ia pun mengingatkan bahwa perpindahan tugas bukanlah akhir dari kebersamaan, melainkan jembatan untuk memperluas silaturahmi dan memperkuat ikatan batin antarsesama.

“Pindah tugas bukan berarti berpisah. Kuantan Singingi ini rumah kita bersama. Mari terus jaga hubungan baik, dan jangan pernah lupa dengan budaya kita yang telah membesarkan kita semua. Pacu Jalur bukan sekadar tradisi — itu adalah jiwa dari masyarakat Kuansing,” tutur Bupati Suhardiman Amby menutup sambutannya.

Acara malam itu berakhir dengan suasana penuh kehangatan. Senyum, pelukan, dan jabat tangan menjadi tanda perpisahan yang bukan menghapus kenangan, tetapi justru mempertegas arti persaudaraan. Di balik tawa dan tangis, tersimpan pesan tulus: bahwa Kuantan Singingi bukan hanya tanah tempat bertugas — tetapi rumah bagi siapa pun yang pernah mencintainya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *